Sabtu, 13 April 2019



Dismenorea? Siapa takut?


Kata Menstruasi tentunya bukanlah kata yang asing terdengar oleh telinga kita, khususnya untuk kaum hawa. Menstruasi sendiri merupakan proses dalam kehidupan perempuan yang menjadi pertanda perubahan fungsi tubuh untuk mampu bereproduksi yang diawali dengan menarche atau haid pertama ketika berusia 10 hingga 17 tahun. Walaupun menstruasi adalah siklus normal yang terjadi pada wanita namun sayangnya saat mentruasi berlangsung seringnya disertai keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau yang sering disebut sebagai Dismenorea. Tingkat keparahan Dismenorea sendiri dapat digolongkan menjadi 2 yaitu Dismenorea primer dan sekunder, nyeri haid dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain. Dismenorea primer merupakan rasa nyeri dan kram pada daerah perut ketika menstruasi yang terjadi tanpa adanya masalah patologis dan biasanya muncul setelah menarche (Dawood, 2006), sedangkan Dismenorea sekunder merupakan nyeri yang berlangsung umumnya setelah 25 tahun yang berhubungan dengan abnormalitas panggul. Untuk penata laksanaan penderita Dismenoreaa Sekunder ini memang wajib berada dibawah pengawasan oleh dokter, namun untuk Dismenoreaa primer ini dapat ditangani secara swamedikasi. Selain karena biaya periksa yang cukup mahal, tidak sedikit wanita yang memilih melakukan perawatan non medis dan secara mandiri untuk mengurangi nyeri haid ini. Selain itu beberapa mitos yang mengatakan bahwa apabila Dismenorea diobati dengan obat – obatan kimia akan mengganggu siklus haid berikutnya. Oleh karena itu pada artikel ini kita akan lebih membahas tentang tindakan – tindakan yang dapat mengurangi rasa nyeri saat haid.
Pertama, Terapi Pijat. Berdasarkan penelitian dari Apay dkk pada tahun 2012, pijatan dapat memberikan efek relaksasi karena dapat meningkatkan sirkulasi oksigen pada jaringan sehingga dapat mengurangi nyeri. Pada penelitian ini terapi pijat efektif dipilih dalam mengurangi nyeri karena efek relaksasinya. Sehingga ketika seseorang merasakan sensasi nyeri dengan memberikan relaksasi diharapkan persepsi terhadap nyeri tersebut dapat berkurang bahkan hilang. Untuk pengaplikasian pijatan dapat dilakukan pada sekitar perut dan dapat pula di tambah pengaplikasian minyak angin agar meningkatkan fleksibilitas kulit. Untuk cara kedua disebut sebagai akupressure, yaitu suatu metode yang memanfaatkan teknik penekanan pada area tertentu, metode ini merupakan metode yang terkenal berasal dari china konsenya menyerupai teknik akupuntur, tapi untuk melakukannya perlu pelatian khusus. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Chen & Chen (2010), menyatakan bahwa dismenorea berhasil membaik gejala nyeri yang dirasakan melalui penerapan penekanan pada titik Zuehai (SP 10) dan Sanyinjiao (SP 6) dan penekanan tunggal pada SP 6 saja ternyata cukup efektif serta tidak memerlukan biaya yang besar untuk meredakan nyeri serta ansietas ketika dismenore. Cara Ketiga yang dapat dilakukan sangat menyenangkan yaitu denga bantuan musik, seperti kita tahu bahwa dengan mendengarkan beberapa aliran musik dapat menenangkan keadaan kita saat sedang mengalami depresi ataupun stress. Hal ini berlaku pula dengan keadaan nyeri haid, dengan adanya musik  akan memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesejahteraan emosi. Dengan mendengarkan musik dapat menjadi sarana pengalihan dari rasa nyeri dan mengurangi perasaan negatif.
Cara ke 4 yang dapat dilakukan adalah menggunakan aroma terapi, tujuannya yakni  agar Aroma minyak yang terhirup akan bereaksi pada saraf penciuman yang akan dihantarkan hingga saraf pusat dan memengaruhi pikiran untuk mencapai relaksasi, sementara aplikasi pada kulit memungkinkan minyak akan terserap dari pori-pori menuju pembuluh darah dan memberikan efek relaksasi otot. Penelitian Han menyatakan jenis minyak yang dapat mengurangi kram perut yaitu jenis lavender, cary sage, rose. Pemberian aplikasi minyak lavender pada permukaan kulit dinyatakan dapat meningkatkan relaksasi otot, suplai darah menuju jaringan disekitarnya dan meningkatkan elastisitasnya. Cara berikutnya yaitu terapi suhu. Pemanfaatan suhu pada terapi Dismenorea yakni dengan memanfaatkan konduksi suhu yang untuk memberikan efek relaksasi, pelebaran pembuluh darah, sehingga oksigen, sari makanan dapat lebih banyak terserap pada jaringan tersebut sehingga efek yang diperoleh yaitu berkurangnya nyeri dengan kompres hangat. Untuk pengaplikasiaannya cukup bervariasi ada yang dengan model bantal hangat yakni dengan mengisi bantal dengan pasir yag telah disangrai, ada juga yang menggunakan air hangat yang dimasukkan kedalam botol lalu di tempelkan pada bagian perut yang nyeri. Penggunaan terapi ini dinyatakan berefek apabila digunakan suhu pada suhu sekitar 40-45 ֯C. Selain itu yoga juga dapat dijadikan terapi swamedikasi untuk pasien nyeri haid, Yoga memperbaiki ketidakseimbangan sistem saraf autonom dan mengontrol aktivitas saraf simpatis yang berlebih. Yoga tersebut dapat mengontrol hiperaktivitas dan kontraksi disritmik dari uterus yang menyebabkan munculnya dismenore pada periode menstruasi. Pada kondisi ini Yoga memberikan kontrol yang lebih pada saraf parasimpatis sehingga kondisi uterus dapat lebih stabil.
            Selain itu cara terampuh lainnya yakni memperbaiki nutrisi serta mengkonsumsi tanaman herbal. Tanpa kita ketahui ternyata mengkonsumsi makanan berlemak dan makanan cepat saji dengan porsi seminggu tiga kali atau lebih meningkatkan risiko terjadinya dismenore. Makan makanan yang berserat dari sayur dan buah-buahan penting dikonsumsi setiap hari untuk mencegah dismenorea, karena peneitian menjumpai konsumsi yang rendah pada sayuran dan buah meningkatkan kasus dismenore, selain itu konsumsi air putih juga sangat dianjurkan, untuk penggunaan tanaman heral sebagai penghilang rasa nyeri, ada tanaman yang sudah lama dikenal sebagai anti inflamasi, analgesik, antibakteri yakni curucumin pada tanaman kunyit. jelas masyarakat sudah tidak asing dengan penggunaan jamu kunyit pada saat mengalami nyeri haid. Selain kunyit, ada tanaman yang masih serumpun dengan kunyit yang juga memiliki aktivitas anti nyeri lain, yaitu jahe, bahkan di wilayah china pernah dilakuan penelitian bahwa efek penggunaan jahe memiliki aktivitas yang serupa dengan obat – obatan sintetik seperti Asam mefenamat, selain itu jahe lebih enak untuk di konsumsi dari pada kunyit.


Sumber : 
Apay, S. E., Arslan, S., Akpinar, R. B., & Celebioglu, A. (2012). Effect of Aromatherapy Massage on Dysmenorrhea in Turkish Students. Pain Management Nursing, 13(4), 236–240.
Chen, C.H & Chen, H. M. (2010). Effects of acupressure on menstrual distress in adolescent girls: a comparison between Hegu–Sanyinjiao Matched Points and Hegu, Zusanli single point. Journal of Clinical Nursing, 19, 998– 1007.
 Dawood, M. Y. (2006). Primary Dysmenorrhea Advances in Phatogenesis and Management. Clinical Expert Series Continuing, 108(2), 428–441. ISSN 0029-7844/06.
Han, S.H., Hur, M.H., Buckle, J., Choi, J., & Lee, M. S. (2006). Effect Of Aromatherapy On Symptoms Of Dysmenorrhea In College Students: A Randomized Placebo-Controlled Clinical Trial. Journal of Alternative and Complementary Medicine (New York, N.Y.), 12(6), 535–41

Tidak ada komentar:

Posting Komentar